Sabtu, 11 Agustus 2018

Keluarga Terlibat = Sekolah Hebat

Keluarga Terlibat = Sekolah Hebat

(Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian)

Prolog, Sebuah Kisah Nyata Pelibatan Keluarga
Penulis, Nikmatur Rohmaya, adalah guru kimia yang mengajar di MAN Buleleng (dulu bernama MAN Patas) Bali. MAN Buleleng adalah sekolah yang dulu mungkin tak banyak orang mengetahuinya, bahkan mungkin sebuah nama sekolah yang terdengar asing di telinga. Kala itu di kalangan masyarakat Kabupaten Buleleng pun nama MAN Buleleng belum banyak yang mengetahuinya. Hingga akhirnya prestasi demi prestasi berhasil diraih MAN Buleleng tidak hanya di tingkat kabupaten atau provinsi bahkan hingga ke tingkat Nasional. Hal tersebut membuat nama MAN Buleleng semakin naik daun dan menjadi salah satu sekolah yang patut dipertimbangkan. Sekolah yang terletak di Desa Patas Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng Bali ini, telah banyak mengantarkan siswanya bersaing di ajang-ajang perlombaan nasional, baik di bidang akademis maupun non akademis. Bahkan, tahun 2017 silam MAN Buleleng sukses menghantarkan siswanya meraih prestasi di ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) di Pontianak. Tak tanggung-tanggung, predikat The Best Experiment di bidang kimia berhasil disabet oleh siswa MAN Buleleng tersebut.
dokumen pribadi
Adalah Sutan Muhammad Fiqri, siswa MAN Buleleng yang telah mengharumkan nama MAN Buleleng di ajang KSM Nasional. Bahkan kini Fiqri telah diterima di salah satu Universitas ternama di Indonesia, yakni Universitas Gadjah Mada jurusan teknik kimia. Tentunya kesuksesan yang diraih Fiqri bukan hanya serta merta karena kecerdasannya. Ada peran sekolah, guru, sarana prasara sekolah serta yang tak kalah penting adalah peran orang tua dan keterlibatannya dalam pendidikan. Ibunda Fiqri, Des Roza Boer, merupakan salah satu wali murid yang berperan aktif dalam memajukan pendidikan di MAN Buleleng. Ibunda Fiqri turut menjadi anggota komite sekolah yang terus menerus mendukung program-program sekolah. Tak hanya itu, beliau turut pula memberikan masukan dan arahan kepada penulis selaku pembina olimpiade kimia, bahkan saat acara pelepasan kelas XII, ibunda Fiqri berkesempatan memberikan sambutan sebagai perwakilan wali murid kelas XII.



“Kalau bukan kita (wali murid) yang membantu mensukseskan pendidikan di MAN Buleleng, lantas siapa lagi?”


Begitulah seruan beliau, singkat namun mengena. Tak bisa dipungkiri, peran aktif keluarga dalam mendukung program-program sekolah merupakan salah satu faktor penting dalam mensukseskan pendidikan. Bukan sekedar kehadiran, namun juga perhatian yang berupa dukungan, masukan/saran. Maksudnya keterlibatan orang tua tidak hanya kehadirannya dalam memenuhi undangan sekolah seperti rapat wali murid atau pengambilan raport. Namun juga saran membangun dan perhatian dari keluarga terhadap anak di sekolah sangat diperlukan dalam memajukan pendidikan.  Berikut uraian penulis tentang pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan di era kekinian.

Keluarga: Pertama dan Utama
Definisi keluarga, tak hanya sekedar sekumpulan orang yang memiliki DNA yang sama atau mengalir darah yang sama saja. Bagi anak, keluarga merupakan pondasi pertama dan utama dalam mengenal dunia pendidikan. Keluarga menjadi langkah awal penanaman pengetahuan, sikap, dan keterampilan anak sebelum si anak memasuki pendidikan formal, yakni sekolah. Sejak bayi, keluarga lebih khusus orang tua adalah pihak pertama yang mengajarkan kemampuan-kemampuan dasar kepada anak seperti, tengkurap, berguling, merangkak hingga berjalan. Melalui pengajaran keluarga pulalah, anak belajar berkomunikasi dan berbahasa yang merupakan cikal bakal dari kemampuan sosialisasi anak. Keluarga merupakan mata dan telinga bagi anak. Maksud dari pernyataan tersebut adalah, keluargalah yang menjelaskan apa yang dilihat dan didengar oleh anak, dengan kata lain keluarga adalah pendidik pertama bagi si anak. Selain berperan sebagai pendidik pertama, keluarga adalah bagian utama dalam pembentukan karakter anak. Melalui pola pengasuhan dan pembiasaan yang baik diharapkan anak memiliki karakter yang unggul. Berikut hal sederhana namun memiliki dampak luar biasa yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter anak yang unggul:

Menjadi role model yang baik
Anak adalah peniru yang ulung, oleh karena itu orang tua harus memberikan contoh yang baik dan dapat menjadi teladan bagi anak. Maka tak heran bila ada pepatah yang mengatakan “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Segala ucapan dan tindakan orang tua akan terekam dalam ingatan anak, sehingga pemberian contoh yang baik akan lebih efektif dalam menanamkan karakter anak dibandingkan dengan menyuruh/memerintah. Children see, Children doo.

Membiasakan anak dengan pembiasaan yang baik
Jika anak terbiasa melakukan hal-hal yang baik, maka pembiasaan tersebut akan melekat hingga anak tersebut menjadi dewasa. Pembiasaan yang baik akan menjadikan anak memiliki karakter yang bertanggung jawab, disiplin, dan berakhlak mulia. Pembiasaan yang baik antara lain:
-      Membiasakan anak untuk melakukan ibadah
-      Membiasakan anak bangun pagi dan mengatur tempat tidur sendiri
-      Membiasakan anak ikut serta dalam mengerjakan tugas-tugas di rumah
-      Membiasakan anak bersikap sopan santun terhadap orang lain
-      Dan masih banyak contoh pembiasaan yang baik lainnya

    Konsistensi
Pembiasaan yang baik diatas hendaknya dilakukan secara konsisten, sehingga pembiasaan tersebut akan melekat kuat dan menjadi karakter anak. Sebaliknya, sikap tidak konsisten akan membuat anak merasa bingung dan tidak yakin. Sehingga dengan adanya konsistensi tersebut, karakter anak dapat tertanam dengan baik.

“Pola Pengasuhan dan pendidikan yang diterapkan orang tua akan menentukan karakter dan kepribadian, motivasi berprestasi dan kondisi kesehatan serta kebugaran anak.”

Sekolah Sebagai Sahabat Keluarga
Sebagai seorang guru, penulis merasakan pentingnya jalinan komunikasi antara pihak sekolah, terutama guru, dengan keluarga siswa. Dengan adanya komunikasi tersebut, guru bisa mendapatkan berbagai macam informasi tentang anak terkait proses pendidikan, tentunya informasi tersebut berguna sebagai masukan untuk pendidikan anak yang lebih baik. Guru dapat menanyakan hal-hal seperti kebiasaan dan perilaku anak, cara belajar anak, hingga ibadah anak. Sebagai contoh untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Guru bisa berkomunikasi aktif dengan keluarga siswa dengan menanyakan tentang kebiasaan belajar, waktu belajar, serta kendala-kendala si anak di rumah. Dengan informasi tersebut diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan belajar anak, karena bisa jadi kesulitan belajar siswa berakar pada masalah di rumah.

Layaknya seorang sahabat, keluarga pun sepatutnya bersifat informatif, komunikatif, serta kooperatif. Informatif dalam artian orang tua bersedia memberikan informasi tentang anak kepada guru secara detail dan objektif, tanpa direkayasa maupun ditutupi, sehingga guru bisa mendapatkan informasi yang lengkap dan sesungguhnya tentang anak. Komunikatif maksudnya keluarga dalam memberikan informasi tidak berbelit-belit dan mudah dipahami/dimengerti sehingga informasi bisa diterima dengan baik oleh guru. Kooperatif artinya keluarga harus bisa diajak kerja sama dan bersedia membantu, sehingga guru merasa terbantu dalam memperoleh informasi tentang siswa.

Berikut merupakan tips dari sahabat keluarga Kemendikbud bagi keluarga untuk menjaga hubungan dengan guru demi kepentingan anak, antara lain:
  1. Anggaplah guru sebagai mitra. Dengan begitu, orang tua diharapkan dapat memperbanyak diskusi dengan pihak sekolah atau guru demi kebaikan anak.
  2. Sampaikan apa yang menjadi concern orang tua mengenai anak. Bila memang hal tersebut perlu disampaikan dengan dengan latar cerita penyebabnya (misalnya anak menjadi sering mengamuk dan menangis tiba-tiba semenjak orang tua ercerai, anak akan segera memiliki adik, anak akan mulai dilatih toilet training, dll), maka ceritakanlah dengan detail dan seobjektif mungkin.
  3. Hargai saran yang diberikan oleh guru saat hal tersebut berlandaskan alasan yang masuk akal dan berorientasi pada kepentingan anak.
  4. Pahami pula bahwa dalam lingkungan sekolah, satu guru perlu menghadapi beberapa anak secara bersamaan, bukan hanya satu anak saja. Maka apabila ada informasi yang tidak tertangkap oleh guru di sekolah, ada baiknya orang tua dapat berperan aktif, misalnya dengan menyampaikan perubahan anak yang mereka anggap perlu mendapatkan perhatian lebih agar guru menjadi lebih jeli akan hal tersebut.


Kids Zaman Now
Era kekinian bisa disebut pula dengan zaman milenial dan lebih hits dengan sebutan zaman now adalah era dimana teknologi berkembang dengan pesatnya. Anak-anak yang hidup di era kekinian ini lebih dikenal dengan istilah kids zaman now atau generasi Z. Tantangan mendidik anak-anak zaman now ini tentunya lebih berat daripada zaman-zaman sebelumnya. Di era kekinian ini anak-anak sangat mahir menggunakan teknologi. Hampir di setiap lini kehidupan tak bisa lepas dari teknologi beserta perangkatnya yang canggih, seperti internet dan smartphone. Namun banyak diantara mereka belum mampu menyaring mana yang baik untuk mereka dan mana yang buruk untuk mereka. Banyak ancaman yang dapat membahayakan masa depan anak-anak ini, mulai dari kecanduan gadget, salah pergaulan, cyber bullying, hingga ancaman pornografi yang bisa merusak masa depan. Hal tersebut dikarenakan mudahnya anak mengakses informasi tanpa dibekali dengan pengetahuan yang memadai serta karakter yang kuat.

“tugas orang tua mempersiapkan anak menghadapi zamannya. Kita sebagai orang tua apakah sudah mempersiapkan anak untuk menghadapi era digital saat ini? Dan era kedepannya?”
Berikut tips bagi keluarga untuk mendampingi remaja milenial dalam laman #sahabatkeluarga Kemendikbud.
Update teknologi
Sangat penting bagi orang tua untuk mempelajari perkembangan teknologi. Sehingga orang tua tidak kolot dan lebih nyambung dengan anak. Hal tersebut tentunya memudahkan komunikasi antara anak dan orang tua.
Set ground rules
Ajaklah anak berdiskusi. Dengan mengajaknya berdiskusi, orang tua dapat mengajari mereka untuk terbuka dan mengetahui bagaimana pandangan mereka terhadap hal-hal baru. Hak tersebut tentunya penting dalam masa pencarian jati dirinya.
Jadilah teman dan role model yang baik bagi anak.
Dengan menjadi role model yang baik, anak tidak akan kehilangan figur panutan dan akan menjadi seorang yang tangguh dalam menghadapi persoalan di era kekinian ini.

“orang tua diharapkan mampu melindungi anak-anak dari ancaman era digital, tetapi tidak mengahalangi potensi manfaat yang bisa ditawarkannya”.


Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian
Dengan adanya ancaman yang bisa membahayakan anak di era kekinian yang telah disebutkan diatas, tentunya pendidikan di sekolah saja tidak cukup untuk membentengi diri anak. Mengingat bahwa waktu anak di sekolah lebih sedikit dibandingkan dengan waktu anak di lingkungan keluarga. Maka perlu adanya komunikasi, koordinasi dan keterlibatan yang baik antara pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Pelibatan keluarga pada penyelenggaran pendidikan adalah hal yang sangat penting. Tujuan pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 yaitu:
  1. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat terhadap penyelenggaran pendidikan.
  2. Mendorong penguatan pendidikan karakter anak.
  3. Meningkatkan kepedulian keluarga terhadap pendidikan anak
  4. Membangung sinergitas antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat; dan
  5. Mewujudkan lingkungan satuan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan.


Adapun bentuk pelibatan keluarga pada satuan pendidikan berdasarkan Peraturan Menteri tersebut dapat berupa:
  1. Menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
  2. Mengikuti kelas Orang Tua/Wali
  3. Menjadi nara sumber dalam kegiatan di satuan pendidikan
  4. Berperan aktif dalam kegiatan pentas kelas akhir tahun pembelajaran
  5. Berpartisipasi dalam kegiatan kokurikuler, eksta kurikuler, dan kegiatan lain untuk pengembangan diri anak
  6. Bersedia menjadi anggota komite sekolah
  7. Berperan aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh komite sekolah
  8. Menjadi anggota tim pencegahan kekerasan di satuan pendidikan
  9. Berperan aktif dalam kegiatan pencegahan pornografi, pornoaksi, dan penyalahgunaan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, dan
  10. Memfasilitasi dan/atau berperan dalam kegiatan penguatan pendidikan karakter anak di satuan pendidikan


Berikut merupakan bentuk pelibatan keluarga dalam lingkungan sekolah kami:
 Pertemuan wali murid dengan sekolah

Pertemuan wali murid dengan wali kelas/guru

Pertemuan komite sekolah

Partsipasi wali murid dalam acara sekolah, seperti wisuda dan hari jadi sekolah

Pelibatan keluarga tidak hanya berupa kehadiran orang tua/wali di sekolah, namun juga berupa perhatian seperti:
  1. Menciptakan lingkungan belajar di rumah yang menyenangkan dan mendorong perkembangan prestasi anak/peserta didik
  2. Menjalin interaksi dan komunikasi yang hangat dan penuh kasih sayang dengan anak/peserta didik
  3. Memberikan motivasi dan menanamkan rasa percaya diri pada anak/peserta didik
  4. Menjalin hubungan dan komunikasi yang aktif dengan pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
  5. Berpartispasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan ektrakurikuler yang dilakukan anak
  6. Memiliki inisiatif untuk menggerakkan oranf tua/wali agar terlibat dalam pengambilan keputusan di sekolah dan masyarakat.


Kunci dari pelibatan keluarga dalam mensukseskan pendidikan seperti dikutip dari laman sahabat keluarga Kemendikbud adalah dengan membangung 3R, Yaitu Respect, Responbility, dan Relationship.

Respect
Respect berarti saling menghormati. Sekolah menghormati keluarga sebagai sumber informasi tentang anak. Sedangkan keluarga hendaknya menghormati pula bahwa sekolah ingin mendapatkan informasi tentang anak demi keberhasilan anak. Sehingga sekolah perlu menyediakan akses layanan dan pertemuan yang dapat menjembatani antara sekolah dan keluarga.

Responsibility
Responsibility artinya tanggung jawab. Hendaknya keluarga dan sekolah memiliki rasa tanggung jawab atas keberhasilan anak. Keluarga hendaknya menghormati pula bahwa sekolah ingin mendapatkan informasi tentang anak dan hendaknya keluarga menghormati saran yaang diberikan sekolah demi keberhasilan anak. Sehingga sekolah perlu menyediakan akses layanan dan pertemuan yang dapat menjembatani antara sekolah dan keluarga.

Relationship
Relationship artinya saling berhubungan. Tentunya hubungan yang diinginkan adalah hubungan yang positif untuk membantu keberhasilan anak.

Adapun bentuk pelibatan keluarga di era kekinian adalah dengan menerapkan teknologi. Teknologi bagaikan dua sisi mata uang, meskipun di satu sisi mengandung bahaya yang bisa merusak masa depan anak, namun di sisi lain bisa memberikan manfaat. Salah satu manfaat teknologi yang berhubungan dengan pelibatan keluarga dalam pendidikan anak adalah semakin mudahnya komunikasi antara orang tua dengan wali kelas atau guru di sekolah. Orang tua kini bisa mengetahui kondisi sekolah melalui website sekolah dan aplikasi media sosial, seperti whatsapp, tanpa harus langsung menemui guru, terutama bila jarak rumah dengan sekolah jauh atau anak tinggal di pondok pesantren/asrama sekolah. Guru pun bisa dengan mudah memberikan kabar mengenai perkembangan anaknya di sekolah. Jadi tidak heran bila sekarang sudah banyak grup-grup dibuat antara oarng tua dengan wali kelas/guru untuk memudahkan mengontrol anaknya. Selain itu beberapa sekolah telah menerapkan sms gateway. Dengan aplikasi ini, sekolah memberikan informasi kepada orang tua melalui sms. Jadi guru dan orang tua bisa saling berkomunikasi dan bertukar informasi untuk kemajuan si anak, sehingga bisa mengotimalkan prestasi anak.

Epilog, Keluarga Terlibat = Sekolah hebat
Greenwood dan Hickman (dalam silabus.org) menyebutkan bahwa keterlibatan orang tua di sekolah memberikan kontribusi yang positif dalam prestasi akademis, frekuensi kehadiran anak, iklim sekolah, persepsi orang tua dan anak tentang belajar di kelas, sikap dan perilaku positif anak, kesiapan anak untuk mengerjakan PR, peningkatan waktu yang dihabiskan anak bersama orang tuanya, aspirasi pendidikan, kepuasan orang tua terhadap guru, dan kesadaran anak terhadap well being. Selain itu, berdasarkan pengalaman di sekolah kami, keterlibatan keluarga dalam pendidikan di era kekinian adalah hal yang penting dan harus diterapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelibatan keluarga dalam penyelenggaran pendidikan adalah hal yang penting. Bukan sekedar kehadiran, namun juga perhatian yang berupa dukungan, masukan/saran. Sekolah dan Keluarga bisa bertukar informasi tentang anak layaknya sahabat untuk kemajuan dan perkembangan anak tersebut. Lingkungan keluarga adalah pendidik pertama, sedangkan sekolah adalah keluarga kedua bagi anak. Dengan adanya keterlibatan positif keluarga tersebut, potensi dan prestasi anak bisa dioptimalkan untuk menjadikan sekolah hebat. Keluarga terlibat = sekolah hebat.

#sahabatkeluarga

Sumber bacaan:



Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Pelibatan keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan

Petunjuk Teknis Pelibatan keluarga pada penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini. Kemendikbud, 2017.

Implementasi Kemitraan Sekolah dan Orang Tua. Silabus.org

.




4 komentar:

  1. Semoga bisa terus berprestasi ibu Nikmatur Rohmaya, S.Pd.

    BalasHapus
  2. Pelibatan keluarga memang sangat diperlukan dalam dunia pendidikan anak, apalagi hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap prestasi anak di sekolah.

    BalasHapus
  3. iya betul sekali. pelibatan orang tua sangat penting bagi pendidikan anak

    BalasHapus

Silahkan berkomentar disini, tapi yang sopan ya :)