Keluarga
Terlibat = Sekolah Hebat
(Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian)
(Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian)
Prolog, Sebuah Kisah Nyata Pelibatan
Keluarga
Penulis,
Nikmatur Rohmaya, adalah guru kimia yang mengajar di MAN Buleleng (dulu bernama
MAN Patas) Bali. MAN Buleleng adalah sekolah yang dulu mungkin tak banyak orang
mengetahuinya, bahkan mungkin sebuah nama sekolah yang terdengar asing di
telinga. Kala itu di kalangan masyarakat Kabupaten Buleleng pun nama MAN Buleleng belum banyak yang
mengetahuinya. Hingga akhirnya prestasi demi prestasi berhasil diraih MAN
Buleleng tidak hanya di tingkat kabupaten atau provinsi bahkan hingga ke
tingkat Nasional. Hal tersebut membuat nama MAN Buleleng semakin naik daun dan
menjadi salah satu sekolah yang patut dipertimbangkan. Sekolah yang terletak di
Desa Patas Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng Bali ini, telah banyak mengantarkan
siswanya bersaing di ajang-ajang perlombaan nasional, baik di bidang akademis
maupun non akademis. Bahkan, tahun 2017 silam MAN Buleleng sukses menghantarkan
siswanya meraih prestasi di ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) di Pontianak.
Tak tanggung-tanggung, predikat The Best Experiment di bidang kimia berhasil disabet oleh
siswa MAN Buleleng tersebut.
dokumen pribadi |
Adalah
Sutan Muhammad Fiqri, siswa MAN Buleleng yang telah mengharumkan nama MAN
Buleleng di ajang KSM Nasional. Bahkan kini Fiqri telah diterima di salah satu
Universitas ternama di Indonesia, yakni Universitas Gadjah Mada jurusan teknik
kimia. Tentunya kesuksesan yang diraih Fiqri bukan hanya serta merta karena kecerdasannya.
Ada peran sekolah, guru, sarana prasara sekolah serta yang tak kalah penting
adalah peran orang tua dan keterlibatannya dalam pendidikan. Ibunda Fiqri, Des
Roza Boer, merupakan salah satu wali murid yang berperan aktif dalam memajukan
pendidikan di MAN Buleleng. Ibunda Fiqri turut menjadi anggota komite sekolah
yang terus menerus mendukung program-program sekolah. Tak hanya itu, beliau turut
pula memberikan masukan dan arahan kepada penulis selaku pembina olimpiade
kimia, bahkan saat acara pelepasan kelas XII, ibunda Fiqri berkesempatan
memberikan sambutan sebagai perwakilan wali murid kelas XII.
“Kalau bukan kita (wali murid) yang membantu mensukseskan pendidikan di MAN Buleleng, lantas siapa lagi?”
Begitulah seruan beliau, singkat namun mengena. Tak bisa dipungkiri, peran aktif keluarga dalam mendukung program-program sekolah merupakan salah satu faktor penting dalam mensukseskan pendidikan. Bukan sekedar kehadiran, namun juga perhatian yang berupa dukungan, masukan/saran. Maksudnya keterlibatan orang tua tidak hanya kehadirannya dalam memenuhi undangan sekolah seperti rapat wali murid atau pengambilan raport. Namun juga saran membangun dan perhatian dari keluarga terhadap anak di sekolah sangat diperlukan dalam memajukan pendidikan. Berikut uraian penulis tentang pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan di era kekinian.
Keluarga:
Pertama dan Utama
Definisi
keluarga, tak hanya sekedar sekumpulan orang yang memiliki DNA yang sama atau
mengalir darah yang sama saja. Bagi anak, keluarga merupakan pondasi pertama
dan utama dalam mengenal dunia pendidikan. Keluarga menjadi langkah awal
penanaman pengetahuan, sikap, dan keterampilan anak sebelum si anak memasuki
pendidikan formal, yakni sekolah. Sejak bayi, keluarga lebih khusus orang tua
adalah pihak pertama yang mengajarkan kemampuan-kemampuan dasar kepada anak
seperti, tengkurap, berguling, merangkak hingga berjalan. Melalui pengajaran
keluarga pulalah, anak belajar berkomunikasi dan berbahasa yang merupakan cikal
bakal dari kemampuan sosialisasi anak. Keluarga merupakan mata dan telinga bagi
anak. Maksud dari pernyataan tersebut adalah, keluargalah yang menjelaskan apa
yang dilihat dan didengar oleh anak, dengan kata lain keluarga adalah pendidik
pertama bagi si anak. Selain berperan sebagai pendidik pertama, keluarga adalah
bagian utama dalam pembentukan karakter anak. Melalui pola pengasuhan dan
pembiasaan yang baik diharapkan anak memiliki karakter yang unggul. Berikut hal
sederhana namun memiliki dampak luar biasa yang dapat dilakukan untuk membentuk
karakter anak yang unggul:
Menjadi
role model yang baik
Anak adalah peniru yang
ulung, oleh karena itu orang tua harus memberikan contoh yang baik dan dapat
menjadi teladan bagi anak. Maka tak heran bila ada pepatah yang mengatakan “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Segala
ucapan dan tindakan orang tua akan terekam dalam ingatan anak, sehingga pemberian
contoh yang baik akan lebih efektif dalam menanamkan karakter anak dibandingkan
dengan menyuruh/memerintah. Children see,
Children doo.
Membiasakan anak dengan
pembiasaan yang baik
Jika anak terbiasa
melakukan hal-hal yang baik, maka pembiasaan tersebut akan melekat hingga anak
tersebut menjadi dewasa. Pembiasaan yang baik akan menjadikan anak memiliki
karakter yang bertanggung jawab, disiplin, dan berakhlak mulia. Pembiasaan yang
baik antara lain:
-
Membiasakan
anak untuk melakukan ibadah
-
Membiasakan
anak bangun pagi dan mengatur tempat tidur sendiri
-
Membiasakan
anak ikut serta dalam mengerjakan tugas-tugas di rumah
-
Membiasakan
anak bersikap sopan santun terhadap orang lain
-
Dan
masih banyak contoh pembiasaan yang baik lainnya
Konsistensi
Pembiasaan yang baik diatas
hendaknya dilakukan secara konsisten, sehingga pembiasaan tersebut akan melekat
kuat dan menjadi karakter anak. Sebaliknya, sikap tidak konsisten akan membuat
anak merasa bingung dan tidak yakin. Sehingga dengan adanya konsistensi
tersebut, karakter anak dapat tertanam dengan baik.
“Pola Pengasuhan dan pendidikan yang diterapkan orang tua akan menentukan karakter dan kepribadian, motivasi berprestasi dan kondisi kesehatan serta kebugaran anak.”
Sekolah Sebagai Sahabat Keluarga
Sebagai
seorang guru, penulis merasakan pentingnya jalinan komunikasi antara pihak
sekolah, terutama guru, dengan keluarga siswa. Dengan adanya komunikasi
tersebut, guru bisa mendapatkan berbagai macam informasi tentang anak terkait
proses pendidikan, tentunya informasi tersebut berguna sebagai masukan untuk
pendidikan anak yang lebih baik. Guru dapat menanyakan hal-hal seperti
kebiasaan dan perilaku anak, cara belajar anak, hingga ibadah anak. Sebagai
contoh untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Guru bisa berkomunikasi aktif
dengan keluarga siswa dengan menanyakan tentang kebiasaan belajar, waktu
belajar, serta kendala-kendala si anak di rumah. Dengan informasi tersebut
diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan belajar anak, karena bisa jadi kesulitan
belajar siswa berakar pada masalah di rumah.
Layaknya
seorang sahabat, keluarga pun sepatutnya bersifat informatif, komunikatif,
serta kooperatif. Informatif dalam artian orang tua bersedia memberikan
informasi tentang anak kepada guru secara detail dan objektif, tanpa direkayasa
maupun ditutupi, sehingga guru bisa mendapatkan informasi yang lengkap dan
sesungguhnya tentang anak. Komunikatif maksudnya keluarga dalam memberikan
informasi tidak berbelit-belit dan mudah dipahami/dimengerti sehingga informasi
bisa diterima dengan baik oleh guru. Kooperatif artinya keluarga harus bisa
diajak kerja sama dan bersedia membantu, sehingga guru merasa terbantu dalam
memperoleh informasi tentang siswa.
Berikut
merupakan tips dari sahabat keluarga Kemendikbud bagi keluarga untuk menjaga
hubungan dengan guru demi kepentingan anak, antara lain:
- Anggaplah guru sebagai mitra. Dengan begitu, orang tua diharapkan dapat memperbanyak diskusi dengan pihak sekolah atau guru demi kebaikan anak.
- Sampaikan apa yang menjadi concern orang tua mengenai anak. Bila memang hal tersebut perlu disampaikan dengan dengan latar cerita penyebabnya (misalnya anak menjadi sering mengamuk dan menangis tiba-tiba semenjak orang tua ercerai, anak akan segera memiliki adik, anak akan mulai dilatih toilet training, dll), maka ceritakanlah dengan detail dan seobjektif mungkin.
- Hargai saran yang diberikan oleh guru saat hal tersebut berlandaskan alasan yang masuk akal dan berorientasi pada kepentingan anak.
- Pahami pula bahwa dalam lingkungan sekolah, satu guru perlu menghadapi beberapa anak secara bersamaan, bukan hanya satu anak saja. Maka apabila ada informasi yang tidak tertangkap oleh guru di sekolah, ada baiknya orang tua dapat berperan aktif, misalnya dengan menyampaikan perubahan anak yang mereka anggap perlu mendapatkan perhatian lebih agar guru menjadi lebih jeli akan hal tersebut.
Kids Zaman Now
Era
kekinian bisa disebut pula dengan zaman milenial dan lebih hits dengan sebutan zaman now
adalah era dimana teknologi berkembang dengan pesatnya. Anak-anak yang hidup di
era kekinian ini lebih dikenal dengan istilah kids zaman now atau generasi Z.
Tantangan mendidik anak-anak zaman now
ini tentunya lebih berat daripada zaman-zaman sebelumnya. Di era kekinian ini
anak-anak sangat mahir menggunakan teknologi. Hampir di setiap lini kehidupan
tak bisa lepas dari teknologi beserta perangkatnya yang canggih, seperti internet
dan smartphone. Namun banyak diantara
mereka belum mampu menyaring mana yang baik untuk mereka dan mana yang buruk
untuk mereka. Banyak ancaman yang dapat membahayakan masa depan anak-anak ini,
mulai dari kecanduan gadget, salah
pergaulan, cyber bullying, hingga
ancaman pornografi yang bisa merusak masa depan. Hal tersebut dikarenakan
mudahnya anak mengakses informasi tanpa dibekali dengan pengetahuan yang
memadai serta karakter yang kuat.
“tugas orang tua mempersiapkan anak menghadapi zamannya. Kita sebagai orang tua apakah sudah mempersiapkan anak untuk menghadapi era digital saat ini? Dan era kedepannya?”
Berikut
tips bagi keluarga untuk mendampingi remaja milenial dalam laman
#sahabatkeluarga Kemendikbud.
Update
teknologi
Sangat penting bagi orang
tua untuk mempelajari perkembangan teknologi. Sehingga orang tua tidak kolot
dan lebih nyambung dengan anak. Hal
tersebut tentunya memudahkan komunikasi antara anak dan orang tua.
Set ground rules
Ajaklah anak berdiskusi. Dengan mengajaknya
berdiskusi, orang tua dapat mengajari mereka untuk terbuka dan mengetahui
bagaimana pandangan mereka terhadap hal-hal baru. Hak tersebut tentunya penting
dalam masa pencarian jati dirinya.
Jadilah teman dan role
model yang baik bagi anak.
Dengan menjadi role model
yang baik, anak tidak akan kehilangan figur panutan dan akan menjadi seorang
yang tangguh dalam menghadapi persoalan di era kekinian ini.
“orang tua diharapkan mampu melindungi anak-anak dari ancaman era digital, tetapi tidak mengahalangi potensi manfaat yang bisa ditawarkannya”.
Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian
Dengan
adanya ancaman yang bisa membahayakan anak di era kekinian yang telah
disebutkan diatas, tentunya pendidikan di sekolah saja tidak cukup untuk
membentengi diri anak. Mengingat bahwa waktu anak di sekolah lebih sedikit dibandingkan
dengan waktu anak di lingkungan keluarga. Maka perlu adanya komunikasi,
koordinasi dan keterlibatan yang baik antara pihak sekolah, keluarga, dan
masyarakat.
Pelibatan
keluarga pada penyelenggaran pendidikan adalah hal yang sangat penting. Tujuan
pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan telah diatur dalam Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007 yaitu:
- Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat terhadap penyelenggaran pendidikan.
- Mendorong penguatan pendidikan karakter anak.
- Meningkatkan kepedulian keluarga terhadap pendidikan anak
- Membangung sinergitas antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat; dan
- Mewujudkan lingkungan satuan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan.
Adapun
bentuk pelibatan keluarga pada satuan pendidikan berdasarkan Peraturan Menteri
tersebut dapat berupa:
- Menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
- Mengikuti kelas Orang Tua/Wali
- Menjadi nara sumber dalam kegiatan di satuan pendidikan
- Berperan aktif dalam kegiatan pentas kelas akhir tahun pembelajaran
- Berpartisipasi dalam kegiatan kokurikuler, eksta kurikuler, dan kegiatan lain untuk pengembangan diri anak
- Bersedia menjadi anggota komite sekolah
- Berperan aktif dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh komite sekolah
- Menjadi anggota tim pencegahan kekerasan di satuan pendidikan
- Berperan aktif dalam kegiatan pencegahan pornografi, pornoaksi, dan penyalahgunaan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, dan
- Memfasilitasi dan/atau berperan dalam kegiatan penguatan pendidikan karakter anak di satuan pendidikan
Berikut
merupakan bentuk pelibatan keluarga dalam lingkungan sekolah kami:
Pertemuan
wali murid dengan sekolah
Pertemuan wali murid dengan
wali kelas/guru
Pertemuan komite sekolah
Partsipasi wali murid
dalam acara sekolah, seperti wisuda dan hari jadi sekolah
Pelibatan
keluarga tidak hanya berupa kehadiran
orang tua/wali di sekolah, namun juga
berupa perhatian seperti:
- Menciptakan lingkungan belajar di rumah yang menyenangkan dan mendorong perkembangan prestasi anak/peserta didik
- Menjalin interaksi dan komunikasi yang hangat dan penuh kasih sayang dengan anak/peserta didik
- Memberikan motivasi dan menanamkan rasa percaya diri pada anak/peserta didik
- Menjalin hubungan dan komunikasi yang aktif dengan pihak sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
- Berpartispasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan ektrakurikuler yang dilakukan anak
- Memiliki inisiatif untuk menggerakkan oranf tua/wali agar terlibat dalam pengambilan keputusan di sekolah dan masyarakat.
Kunci
dari pelibatan keluarga dalam mensukseskan pendidikan seperti dikutip dari
laman sahabat keluarga Kemendikbud adalah dengan membangung 3R, Yaitu Respect, Responbility,
dan Relationship.
Respect
Respect
berarti saling menghormati. Sekolah menghormati keluarga sebagai sumber
informasi tentang anak. Sedangkan keluarga hendaknya menghormati pula bahwa
sekolah ingin mendapatkan informasi tentang anak demi keberhasilan anak.
Sehingga sekolah perlu menyediakan akses layanan dan pertemuan yang dapat
menjembatani antara sekolah dan keluarga.
Responsibility
Responsibility
artinya tanggung jawab. Hendaknya keluarga dan sekolah memiliki rasa tanggung
jawab atas keberhasilan anak. Keluarga hendaknya menghormati pula bahwa sekolah ingin mendapatkan informasi
tentang anak dan hendaknya keluarga menghormati saran yaang diberikan
sekolah demi keberhasilan anak. Sehingga sekolah perlu menyediakan akses
layanan dan pertemuan yang dapat menjembatani antara sekolah dan keluarga.
Relationship
Relationship
artinya saling berhubungan. Tentunya hubungan yang diinginkan adalah hubungan
yang positif untuk membantu keberhasilan anak.
Adapun
bentuk pelibatan keluarga di era kekinian adalah dengan menerapkan teknologi. Teknologi
bagaikan dua sisi mata uang, meskipun di satu sisi mengandung bahaya yang bisa
merusak masa depan anak, namun di sisi lain bisa memberikan manfaat. Salah satu
manfaat teknologi yang berhubungan dengan pelibatan keluarga dalam pendidikan
anak adalah semakin mudahnya komunikasi antara orang tua dengan wali kelas atau
guru di sekolah. Orang tua kini bisa mengetahui kondisi sekolah melalui website
sekolah dan aplikasi media sosial, seperti whatsapp,
tanpa harus langsung menemui guru, terutama bila jarak rumah dengan sekolah
jauh atau anak tinggal di pondok pesantren/asrama sekolah. Guru pun bisa dengan
mudah memberikan kabar mengenai perkembangan anaknya di sekolah. Jadi tidak
heran bila sekarang sudah banyak grup-grup dibuat antara oarng tua dengan wali
kelas/guru untuk memudahkan mengontrol anaknya. Selain itu beberapa sekolah
telah menerapkan sms gateway. Dengan
aplikasi ini, sekolah memberikan informasi kepada orang tua melalui sms. Jadi
guru dan orang tua bisa saling berkomunikasi dan bertukar informasi untuk
kemajuan si anak, sehingga bisa mengotimalkan prestasi anak.
Epilog, Keluarga
Terlibat = Sekolah hebat
Greenwood
dan Hickman (dalam silabus.org) menyebutkan bahwa keterlibatan orang tua di sekolah memberikan kontribusi yang
positif dalam prestasi akademis,
frekuensi kehadiran anak, iklim sekolah, persepsi orang tua dan anak tentang
belajar di kelas, sikap dan perilaku positif anak, kesiapan anak untuk
mengerjakan PR, peningkatan waktu yang dihabiskan anak bersama orang tuanya,
aspirasi pendidikan, kepuasan orang tua terhadap guru, dan kesadaran anak
terhadap well being. Selain itu, berdasarkan
pengalaman di sekolah kami, keterlibatan keluarga dalam pendidikan di era
kekinian adalah hal yang penting dan harus diterapkan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pelibatan keluarga dalam penyelenggaran pendidikan adalah hal
yang penting. Bukan sekedar kehadiran, namun juga perhatian yang berupa
dukungan, masukan/saran. Sekolah dan Keluarga bisa bertukar informasi tentang
anak layaknya sahabat untuk kemajuan dan perkembangan anak tersebut. Lingkungan
keluarga adalah pendidik pertama, sedangkan sekolah adalah keluarga kedua bagi
anak. Dengan adanya keterlibatan positif keluarga tersebut, potensi dan
prestasi anak bisa dioptimalkan untuk menjadikan sekolah hebat. Keluarga
terlibat = sekolah hebat.
#sahabatkeluarga
Sumber
bacaan:
Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2007
Tentang Pelibatan keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan
Petunjuk
Teknis Pelibatan keluarga pada penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini.
Kemendikbud, 2017.
Implementasi
Kemitraan Sekolah dan Orang Tua. Silabus.org
.
Semoga bisa terus berprestasi ibu Nikmatur Rohmaya, S.Pd.
BalasHapusmakasih ya...
HapusPelibatan keluarga memang sangat diperlukan dalam dunia pendidikan anak, apalagi hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap prestasi anak di sekolah.
BalasHapusiya betul sekali. pelibatan orang tua sangat penting bagi pendidikan anak
BalasHapus